Selasa, 19 Mei 2015

Berbeda.

Allah mempertemukan belum tentu untuk dipersatukan, terkadang kita hanya ditakdirkan untuk bertemu di persimpangan jalan.
Seperti halnya rangkaian listrik, aku pikir kita sama menyedihkannya. Bagaikan rangkaian paralel, yang memiliki banyak kesamaan, namun tidak pernah dipersatukan. Sedih bukan? Namun kita adalah rangkaian yang lainnya, yang bertemu sekali di persimpangan jalan, namun tidak pernah lagi dipertemukan selamanya, bahkan tidak untuk dipersatukan. Lebih menyedihkan bukan?
Hari-hari saat perjalanan kita masih terus berlanjut adalah hari-hari terindah untukku. Bagaimana tidak? Saat itu kita baru saja mengenal, namun rasanya bagaikan kita sudah mengenal sejak lahir. Klise memang, tapi apalah arti sebuah kebahagiaan jika pada akhirnya dipisahkan?
Kamu yang wajahnya tak pernah hentinya bersinar. Kamu yang senyumnya tak pernah hentinya merekah. Kamu yang jiwanya tak pernah hentinya berkelana. Kamu, juga sebuah ransel yang ada di punggungmu itu, adalah saksi atas apa yang telah kita lalui bersama. Dan tempat-tempat yang kita kunjungi bersama hari itu, tidak akan pernah aku lupakan.
Dua minggu dan semuanya berakhir.

Sebuah perjalanan singkat itu memberikanku begitu banyak pengalaman. Dari seorang kakak yang bernotabene sahabat karibmu, aku mengenalmu lebih dalam. Indah, semua yang ada di otakmu begitu indah. Tak bisa aku pungkiri bahwa cita-cita serta semua keinginanmu dalam hidup adalah apa yang juga aku inginkan.
Kamu bilang Tuhan adalah Pencipta Maha Kuasa yang menciptakan alam Indonesia sedemikian rupa hingga kita sama-sama berakhir di sini, di tempat kami mengagumi keindahan ciptaanNya bersama-sama. Namun apalah daya jika yang ia maksudkan bukanlah Tuhan yang sama dengan yang aku sembah?
Hingga kalung salib itu menyadarkanku bahwa hijab ini tak akan pernah dapat bersatu dengan kalung itu. Karena apa yang telah kita lalui di sini, biarkanlah tetap berada di sini. Dan jika kita hanya dapat bertemu di persimpangan jalan tanpa dapat dipersatukan, aku hanya dapat berharap bahwa kelak, Allah akan mempertemukan kami kembali di tempat seharusnya, nirwana yang indah nun jauh di sana tempat kita bisa dipersatukan.
Allah mempertemukan belum tentu untuk dipersatukan, terkadang kita hanya ditakdirkan untuk bertemu di persimpangan jalan. Karena kalung salibmu tak kan bisa bersatu dengan hijab yang menutupi kepalaku.



*****
idektatablake ® Mei 2015.
Untuk seorang teman yang plot nya kugunakan, terima kasih untuk inspirasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar