Rabu, 16 April 2014

Celotehan Lewat Tengah Malam.

It's been a long while, hasn't it? Apa kabarmu, sayangku? Baik-baik saja bukan? Well, setidaknya kuharap begitu.

Bicara tentang baik-baik saja, akupun baik-baik saja di sini. Itupun jika dirimu ingin tau kabarku. Entahlah, terkadang hati ini masih tetap saja berharap tentang eksistensi dirimu yang dulu di hati ini. Kemana kamu yang dulu? Sudah pergi kah? Atau telah berubah? Aku rasa berubah adalah jawaban yang paling tepat. Everythings change, begitu orang-orang selalu mengatakan. Namun terkadang pikiran ini selalu membatah dan mempertanyakan, mengapa tidak bisa tinggal dan tetap seperti ini? Mengapa harus berubah jika dapat tetap seperti ini?

Suatu hari seseorang mengatakan padaku, kamu pun sendiri berubah, Tata. Kenapa tidak pernah mempertanyakan itu pada diri sendiri? Lalu, aku terdiam. Benarkah kamu telah berubah? Ataukah hanya perspektif ini saja yang berubah letak pandang? Mungkin, kita memang berubah. Mungkin, akupun lelah. Dan memang benar, setelahnya, setelah kuhabiskan waktuku merenung, aku pun tersadar bahwa diriku telah berubah. Karena aku bukanlah seutuhnya diriku tahun lalu.

"Setiap orang mendewasa, anakku." Begitu kata bunda. "Dengan usiamu yang seperti ini, juga dengan label 'seorang yatim' yang harus kau pikul setiap hari pun, kamu telah menjalani masa pendewasaanmu dengan itu. Tidakkah kamu sadar? Banyak orang yang datang lalu pergi di hidupmu. Seperti halnya sebuah lapangan parkir, kamu tidak bisa mengkehendaki mobil siapa yang harus tinggal selamanya. Sang pemilik mobil dapat mengambil mobil itu kapan saja, dan kamu tidak dapat menahan mobil itu untuk pergi. Seperti itulah perumpamaan hidup ini. Tuhan sebagai sang pemilik mobil, dan kamu sebagai pemilik lahan parkir. Mungkin banyak dari mobil itu yang kamu sayangi yang tak ingin kamu lepaskan, tapi mobil-mobil itu bukanlah milikmu dan kamu tak berhak untuk menahan mobil itu untuk pergi. Seperti itulah, kamu juga orang-orang yang pergi dari hidupmu. Tuhan telah mengkehendaki mereka tuk pergi. Dan kamu tidak memiliki hak untuk menghentikannya karena mereka bukanlah milik kamu. Jadi, jika orang-orang itu pergi, biarkanlah mereka pergi. Setidaknya, kenangan tentang mereka akan tetap tinggal selamanya dalam dirimu. Bunda berjanji, orang-orang yang pantas akan tetap tinggal. Kamu hanya harus menunggu waktu yang tepat untuk mobil-mobil itu dilupakan pemiliknya dan dititipkan padamu untuk waktu yang cukup lama."

Menyaksikan mobil-mobil itu pergi dari lapangan parkirmu memang berat. Namun percayalah, jika memang jodohmu, para pemilik mobil itu akan kembali ke lapangan parkirmu untuk memarkirkan mobil mereka. Mungkin akan diambil dalam waktu singkat, mungkin pula dalam waktu yang lama, mungkin juga... akan ditinggal begitu saja karena terlalu lama hingga mereka lupa. Namun yang pasti, mobil itu akan selalu kembali diambil, walau telah dititipkan padamu dalam waktu yang lama hingga mereka lupa, pasti akan ada satu titik dimana mereka mengingat mobil mereka lalu mengambilnya.

Don't be sad, darling. Maybe it's not meant to be. But if it is, it will find its way back to you, eventually. I promise.

Jam kesayangan yang hilang... Dompet yang terjatuh ditengah jalan... Ponsel yang tertinggal di kantor... Seseorang yang begitu kamu sayangi yang telah berubah... Jika memang takdirmu, semua itu pasti akan kembali. Mungkin benar aku merindukan sosokmu yang dulu, sayangku. Namun aku sadar aku pun berubah, aku pun mendewasa. Perspektif yang dulu kugunakan kini telah berubah, mungkin itu alasan mengapa semuanya terasa berbeda. Perspektif yang kugunakan kini, mengindikasikan bahwa kamu telah bahagia bersamanya. Jadi, kulepaskan dirimu dengan bendera putih yang kukibarkan. Jika kamu telah ditakdirkan dalam hidupku, pasti kamu akan menemukan jalan tuk kembali pulang, karena pintu hati ini akan terus terbuka untukmu.

Oh ya, aku lupa mengatakan ini padamu tapi... akupun telah menemukan kebahagiaan baruku hari ini. Mobil itu—atau harus kusebut kamu—telah meninggalkan lapangan parkirku hari itu, lalu aku menunggu untuk mobil itu kembali, namun mobil itu tak kunjung datang lagi. Tapi kamu tau apa? Mobil lain itu—biar aku sebut 'dia' juga 'mereka'—pun datang ke lapangan parkirku dan menitipkannya padaku, lalu membiarkanku menjaganya seperti dulu aku menjaga kamu. Aku pikir Tuhan memang hebat, membiarkan hati ini tetap kuat untuk tetap terbuka lebar bagi siapapun yang ingin memasukinya. Tapi kamupun masih dapat mengakses masuk, sayangku. Jadi jangan ragu untuk kembali lagi ke sini.

Perspektifku mungkin telah berubah. Namun akupun mendewasa. Celotehanku pagi ini mungkin adalah sebuah cerita sampah lainnya. Cerita lain untuk tetap dilewat sebelum akhirnya kalian, para pembaca, menemukan sebuah karya hebat ala Brontë bersaudara. Namun aku berjanji, jika kalian meneliti kembali, celotehan ini adalah deklarasi perdamaianku dengan masa lalu. Juga kamu. Juga perempuan itu. Mungkin kalian harus bersama, sayangku. Jadi aku tidak harus lagi menatap kalian dengan sedih. Namun begitulah hidup ini, kuharap kamu dapat memaklumi celotehan ini. Sebut aku klise, karena begitulah adanya. Namun setidaknya, diriku yang klise ini telah berdamai dengan masa lalu. Juga kamu. Juga perempuan itu.

Kudoakan dirimu bahagia selamanya.




***
idektatablake ® April 2014.
Untuk kamu, ya kamu yang sudah tak aku kenali lagi, celotehan ini tentang kita yang dulu. Two is better than three, ingat ucapanku hari itu? Ya, aku memaknainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar